Sistem persekolahan di Jepang pada dasarnya meliputi sekolah dasar (enam tahun), sekolah menengah pertama (tiga tahun), sekolah menengah atas (tiga tahun) dan universitas (empat tahun). Sama halnya seperti di Indonesia, pendidikan yang bersifat wajib di Jepang hanya selama sembilan tahun, yaitu enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah. Hampir seluruh anak yang lulus sekolah menengah pertama meneruskan pendidikannya ke sekolah menengah atas. Untuk masuk sekolah menengah atas dan universitas, siswa harus mengikuti ujian masuk dulu. Di sekolah negeri, selama pendidikan wajib, para siswa bebas uang sekolah dan mendapat buku-buku pelajaran secara gratis. Mereka hanya dibebankan untuk membayar biaya makan siang dan uang ekstra kurikuler saja.
Adapun mata pelajaran yang diberikan pada siswa di Jepang, khususnya mata pelajaran sekolah tingkat dasar yaitu meliputi bahasa Jepang, matematika, sains, ilmu sosial, musik, kerajinan tangan, pendidikan jasmani, dan ekonomi rumah tangga (yaitu mempelajari ketrampilan memasak dan menjahit yang sederhana). Akhir-akhir ini makin banyak sekolah dasar yang mulai memasukkan pelajaran bahasa Inggris ke dalam kurikulum sekolah mereka. Selain mata pelajaran yang telah disebutkan, para siswa juga mempelajari berbagai macam seni tradisional seperti seni kaligrafi(shodo) dan puisi(haiku).
Kehidupan sekolah para siswa, selain mempelajari mata pelajaran yang telah dibahas di atas sekolah juga memiliki berbagai macam acara peringatan serta kebiasaan-kebiasaan yang berbeda apabila dibandingkan dengan kebiasaan sekolah dasar di Indonesia. Ada banyak event sekolah sepanjang tahun ajaran, seperti hari olahraga, yaitu hari bagi para siswa untuk bertanding dalam berbagai acara pertandingan, seperti tarik-tambang dan lomba estafet, piknik ke tempat-tempat bersejarah dsb. Juga ada berbagai festival seni dan budaya yang menampilkan tari-tarian serta berbagai pertunjukan lainnya oleh siswa. Para siswa dari kelas-kelas teratas dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, juga mengikuti perjalanan wisata yang berlangsung beberapa hari ke kota-kota budaya yang penting seperti Kyoto dan Nara, resor bermain ski, dan tempat-tempat lain. Kebanyakan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mewajibkan para siswa untuk mengenakan pakaian seragam. Anak laki-laki memakai celana dan jaket dengan kerah berdiri, dan anak-anak perempuan mengenakan blazer dan rok.
Tidak jauh dengan sekolah dasar di Indonesia, sekolah dasar di Jepang pun melakukan pembagian tugas yang terbagi ke dalam beberapa kelomok (pembagian anggota piket), biasanya tiap elompok memiliki tugas secara bergantian untuk membersihkan ruangan kelas, aula, pekarangan sekolah, dan lain-lain. Tetapi, dibanding dengan Indonesia, Jepang memiliki kyuukasho(system pembagian makan) pada siswa sekolah dasar. Sekolah menyediakan 'Pusat Penyediaan Pengadaan Makanan". Kelompok siswa pun memiliki tugas untuk berganian menjadi penjaga makanan/ pelayan makanan. Makan siang sekolah mencakup beraneka makanan sehat dan bergizi, dan para siswa dengan senang menanti tibanya waktu makan siang.
Kegiatan anak sekolah lainnya di sekolah yaitu kegiatan klub. Hampir semua siswa sekolah menengah pertama ikut dalam kegiatan klub ekstra-kurikuler pilihan mereka, seperti ikut tim olahraga, grup musik atau seni, atau klub sains.
Klub baseball sangat populer di kalangan anak laki-laki di Jepang. Klub sepak bola juga makin populer sejak Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2002 bersama Republik Korea. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan tertarik bergabung dalam klub judo, di mana mereka berlatih seni bela-diri tradisional ini. Mungkin mereka terilhami oleh banyak atlit judo Jepang yang hebat, baik pria maupun wanita, yang telah memenangkan medali pada Kejuaraan Dunia Judo dan Olimpiade. Klub olahraga yang populer lainnya adalah klub tenis, bola basket, senam, dan bola voli. Banyak pertandingan diadakan antar sekolah dan pada tingkat regional untuk masing-masing cabang olahraga, dengan demikian para siswa mendapat banyak kesempatan untuk bertanding.
Sementara itu, di antara klub-klub kebudayaan, ada klub yang semakin populer, yaitu klub Go. Go adalah permainan papan yang bersifat strategis, dimainkan dengan butiran batu pipih berwarna hitam dan putih. Klub go ini menjadi semakin popular di kalangan anak-anak karena munculnya mangan mengenai go yang menggugah hati, sehingga anak-anak yang membacanya akan tertarik pada permainan go ini. Nama manga tersebut adalah "Hikaru no Go". Pilihan lainnya bagi siswa adalah mengikuti paduan suara dan klub seni. Klub brass-band, upacara minum teh, dan seni merangkai bunga, juga populer. Demikianlah kegiatan sebagian besar anak sekolah di Jepang, ada pun kegiatan diluar sekolah akan berbeda dengan yang telah dipaparkan saat ini. Biasanya untuk mengisi kegiatan di luar sekolah, para orang tua memasukkan anaknya untuk mengikuti les atau juku.
Nah, ternyata kehidupan anak-anak sekolah di Jepang cukup menarik! Selain ada klub olahraga dan kebudayaan, ternyata juga ada klub keterampilan yang bisa menjadi salah satu jalan untuk menyalurkan minat dan bakat anak. Mungkin Indonesia juga harus mengikuti pola pendidikan yang seperti ini juga. Pasti akan menarik!
[DRF]
http://bakaboku.blogdrive.com/archive/44.html
Chat Corner
Mohon berikan pesan, kesan, kritik dan saran agar kominfo himaje ugm menjadi lebih baik lagi. Terimakasih :^)
ekskul band ada nggak?
BalasHapusjadi ingin sekolah disana
BalasHapus